KATASUMBAR — Organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) mengusulkan nama Syekh Sulaiman Ar-Rasuli menjadi pahlawan nasional. Hal ini kemudian disambut baik oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.
Syekh Sulaiman Ar-Rasuli sendiri diusulkan jadi pahlawan nasional atas kontribusinya terhadap pendidikan di Sumatera Barat. Ia merupakan pendiri lembaga pendidikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang.
“Tentunya ini menjadi aset dari Sumatera Barat dan kebanggan bagi kita, karena kita di Provinsi Sumatera Barat dapat berkontribusi di pentas nasional, melakukan perjuangan pergerakan dakwah dalam bidang pendidikan, budaya dan sosial kepada umat dan masyarakat Indonesia,” kata Irwan.
Irwan juga menilai, Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli tokoh besar dari Sumatera Barat, melihat kiprahnya dan perjuangan pengorbanannya sudah layak diberikan anugerah Pahlawan Nasional.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat selalu semangat dan mendukung penuh prosedur yang harus dilalui untuk pengusulan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli menjadi Pahlawan Nasional.
“Saat ini proses sudah berada di Kementrian Sosial. Mudah-mudahan tahun depan sudah dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional,” kata Irwan.
Berikut Biografi Ringkas Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau yang akrab disapa Inyiak Canduang:
Inyiak Canduang adalah seorang tokoh ulama Minangkabau dari golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan mazhab Syafi’i.
Pendidikan terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi adalah di Mekkah. Ulama yang seangkatan dengannya antara lain adalah Kiyai Haji Hasyim Asyari dari Jawa Timur (1287 H/1871 M – 1366 H/1947 M), Syeikh Hasan Maksum, Sumatra Utara (wafat 1355 H/1936 M), Syeikh Khathib Ali al-Minangkabawi, Syeikh Muhammad Zain Simabur al-Minangkabawi (sempat menjadi Mufti Kerajaan Perak tahun 1955 dan wafat di Pariaman pada 1957), Syeikh Muhammad Jamil Jaho al-Minangkabawi, Syeikh Abbas Ladang Lawas al-Minangkabawi.
Sementara ulama Malaysia yang seangkatan dan sama-sama belajar di Mekkah dengannya antara lain adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M – 1339 H/1921 M), Tok Kenali (1287 H/1871 M – 1352 H/1933 M) dan lain-lain.
Ketika tinggal di Mekah, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi selain belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif al-Minangkabawi, ia juga mendalami ilmu-ilmu daripada ulama Kelantan dan Patani.
Antaranya, Syeikh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syeikh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syeikh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.
Syeikh Sulaiman kembali ke Minangkabau sebagaimana sahabatnya Tok Kenali yang kembali ke Kelantan, yaitu setelah wafatnya Syekh Ahmad al-Fathani (11 Zulhijjah 1325 H/14 Januari 1908 M).
Setibanya di Bukit Tinggi, Sumatra, ia mulai membuka majlis pengajaran.
Pada tahun 1928, Syeikh Sulaiman bersama-sama Syekh Abbas Ladang Lawas dan Syekh Muhammad Jamil Jaho mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Dalam sistem pendidikan maupun dalam berpendapat pendapat, Syekh Sulaiman dan kawan-kawannya tersebut mempertahankan tradisi tarikat dan berpegang pada Mazhab Syafi’i.
Beberapa pendapat khusus Syekh Sulaiman dalam polemik keagamaan, antara lain lebih menyetujui rukyat dalam hal puasa, mewajibkan muqaranah niat dan mensunnahkan jahar lafaz dalam hal salat, mewajib dibayarnya zakat fitrah dengan makanan yang mengenyangkan, serta mempertahankan tarawih dan witir 23 rakaat.
Syekh Sulaiman juga pernah mengkritik sebuah buku pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah karya penulis lain yang dianggapnya keliru, dalam karyanya Tabligh al-Amanat fi Izalah al-Munkarat wa asy-Syubuhat.
Pada tahun 1950-an Indonesia pernah mengadakan pilihan raya membentuk sebuah badan atau lembaga yang dinamakan ‘Konstituante’.
Tujuan Konstituante ialah menyusun Undang-Undang Dasar yang lebih permanen, menggantikan UUD 1945 yang disusun sebagai UUD sementara menjelang kemerdekaan Republik Indonesia.
Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, salah seorang anggota Konstituante dari PERTI, telah dilantik mengetuai sidang pertama badan itu. Konstituante dibubarkan oleh Presiden Soekarno dengan Dekret Presiden 5 Juli 1959.
Beberapa orang ahli sejarah telah mencatatkan bahawa Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah memang seorang ulama besar yang berpengaruh terhadap kawan dan lawan.
Sejak zaman pemerintah Belanda, pembesar-pembesar Belanda datang menziarahinya. Demikian juga pemimpin-pemimpin setelah kemerdekaan Indonesia.
Soekarno sejak belum menjadi Presiden Indonesia hingga setelah berkuasa memang sering berkunjung ke rumah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli. Pada hari pengkebumiannya, dianggarkan 30,000 orang hadir termasuk ramai pemimpin dari Jakarta, bahkan juga dari Malaysia.(*)
*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.
****
Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini) 😊
*
Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.