KATASUMBAR – Minangkabau terkenal sebagai daerah pencetak ulama-ulama besar di Indonesia, bahkan dunia. Mereka dikenal sebagai ulama Minang.

Kiprah para ulama ini tak cuma berkontribusi pada perkembangan agama Islam, melainkan juga terlibat dalam perjuangan.

Para ulama ini memberi pengaruh besar terhadap peradaban Islam di tanah air, salah satunya dengan mengembangkan ajaran agama.

Salah satu dari ulama yang berpengaruh tersebut adalah Syekh Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi.

Ia merupakan ulama yang lahir pada tahun 1712 di Teluk Belanga, Simabur, Kabupaten Tanah Datar.

Ismail terkenal sebagai ulama pertama yang belajar ilmu agama di Makkah, tanah kelahiran Rasulullah Muhammad SAW.

Syekh Ismail sendiri lahir di lingkungan keluarga yang taat beragama. Bahkan ia telah mendapat pendidikan agama sejak kanak-kanak.

Tak cukup dengan itu, ia juga mempelajari dasar-dasar ilmu keislaman melalui kitab-kitab berbahasa Melayu dan kitab kuning berbahasa Arab.

Adapun berbagai bidang keilmuan Islam yang ia pelajari meliputi ilmu fikih, tauhid, tafsir, hadits, dan ilmu alat (bahasa Arab, nahwu, sharaf, balaghah).

Setelah itu barulah ia melanjutkan pendidikan di Makkah, Di sana, Syekh Ismail al-Khalidi memperdalam ilmu keislamannya selama 30 tahun.

Di samping itu, ia juga sempat belajar di Madinah selama lima tahun.

BACA BERITA TENTANG ULAMA LAINNYA DISINI

Di Mekah, Syekh Ismail berguru kepada beberapa ulama besar yang memiliki keahlian pada masing-masing bidangnya.

Ia mempelajari ilmu kalam kepada Syekh Muhammad Ibnu ‘Ali Assyanwani,seorang ulama besar ahli ilmu kalam.

Di bidang ilmu fikih, ia belajar kepada Syekh al-Azhar dan Syekh Abdullah asy-Syarqawi, keduanya terkenal sebagai ulama ahli fikih dari mazhab Syafi’i.

Syekh Ismail juga mempelajari ilmu tasawuf kepada dua orang sufi besar bernama Syekh ‘Abdullah Afandi dan Syekh Khalid al-Utsmani al-Kurdi (Syekh Dhiyauddin Khalid).

Keduanya merupakan mursyid (guru pembimbing rohani) tarekat besar di Indonesia: Naqsyabandiyah.

Pulang Kampung dan Kembangkan Ajaran Naqsabandiyah

Setelah belajar dari Mekah selama 30 tahun, ia pulang dan memulai penyebaran ajaran tarekat ini dari kampung halamannya, Simabur, Tanah Datar.

Ajaran Tarekat Syekh Ismail kemudian menyebar dan berkembang ke luar Minangkabau

Adapun daerah yang disasarnya seperti Riau, Kerajaan Langkat serta Deli, dan berlanjut sampai ke Kesultanan Johor.

Selama mengembangkan Naqsabdniyah, ia mengajarkan ilmu tauhid berdasarkan paham As’ariyah atau Ahlussunah wal Jama’ah.

Tak cuma itu, ia juga mengajarkan ilmu fikih berdasarkan mahzab Syafi’i.[1] Sedangkan dalam mengajar ilmu tasaawuf.

Syekh Ismail sendiri diketahui mengikuti tasawuf Sunni dari Syekh Juneid Imam Abu Hamid al-Ghazali.(*)

*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

****

Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini)  😊

*

Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.