Tingkat Kematian Covid-19 2 %, Irwan Prayitno: Rumah Sakit Jangan Tolak Pasien

KATASUMBAR – Gubernur Sumbar Irwan Prayitno meminta penanganan Covid-19 lebih ditingkatkan, khususnya treatment pasien dengan kategori berat dan memiliki komorbid atau penyakit bawaan.

Ia mengatakan, penanganan cepat dan baik diyakini akan berimbas pada penekanan angka kematian serta kenaikan jumlah kesembuhan.

Hal itu diungkapkannya dalam rapat dengan dinas kesehatan kabupaten kota dan direktur rumah sakit se-Sumatera Barat pada Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 yang dilakukan secara virtual, Senin (5/10).

“Rapat bertujuan menyamakan persepsi, menyatukan langkah dalam menangani pasien Covid-19, yang dimulai dari tracking, testing, isolasi dan treatment,” katanya.

Ia menyebutkan, ia berharap agar seluruh stakeholder terkait dapat berkoordinasi dengan baik tanpa saling melempar tanggung jawab.

“Sebab, seluruh tahapan proses penanganan melibatkan pihak-pihak yang hadir saat ini,” sebut Irwan.

Menurut data, kata Irwan, tingkat kematian akibat Covid-19 di Sumbar kurang dari 2% dan masih dibawah rata-rata nasional. Sementara tingkat kesembuhan mencapai 51% dan diyakini akan terus naik persentasenya.

“Saya yakin, dengan penanganan serius dari tenaga kesehatan, tanpa mendahului tuhan, angka kematian bakal dapat terus ditekan dan kesembuhan bisa kita tingkatkan,” ucapnya.

Terkait dengan itu ia pun meminta agar koordinasi terus terjalin, baik itu antara dinas kesehatan dengan rumah sakit, maupun antar sesama rumah sakit.

“Ciptakan koordinasi intens. Seperti dalam menerima pasien. Masing-masing rumah sakit harus mengerti kemampuannya. Rumah sakit daerah hanya menerima pasien ringan sampai sedang,” sebut dia.

“Sementara rumah sakit rujukan Covid-19 pasien sedang hingga berat tanpa komorbid. Sedangkan pasien berat dengan penyakit bawaan sebaiknya dirujuk ke rumah sakit pusat (M. Djamil) dan rumah sakit lain yang lengkap alat penunjangnya,” jelas Irwan panjang lebar.

Ia juga menjelaskan, seluruh Dinas Kesehatan kabupaten dan kota dapat mengarahkan rumah sakit dalam menentukan rujukan terhadap pasien yang diterima jika dirasa tak mampu untuk menanganinya.

“Jangan ada tolak menolak merawat pasien. Apalagi jika pasiennya sudah gawat. Keterlambatan penanganan dari pihak keluarga hingga rumah sakit, diantara penyebab kematian,” terang Irwan.

Melalui aplikasi dan penggunaan IT, sebutnya dinkes juga mampu mengetahui jumlah kapasitas rumah sakit rujukan.

Hasil tersebut dikirim ke semua rumah sakit daerah, sehingga keadaan real time ketersedian tempat tidur dapat diketahui.

Begitu juga kebutuhan alat dan tenaga kesehatan. Koordinasi antar sesama rumah sakit juga diperlukan untuk pemenuhannya.

“Jika ada nakesnya yang berlebih atau dirumahkan, coba dikirim ke rumah sakit yang membutuhkan. Termasuk alat, kalau ada ventilator tak terpakai, kirimlah ke M. Jamil. Disana sangat membutuhkan. Untuk administrasi, nanti diatur teknisnya,” tambah gubernur.(*)