KATASUMBAR – Tidak banyak yang tahu, ternyata perusahaan otomotif asal Malaysia, Proton ternyata dulunya dimiliki orang Minang.
Tepatnya sosok perantau asal Minanngkabau yang berdagang di Malaysia. Sosok perantau yang memiliki perusahaan otomotif kenamaan itu adalah Nasimuddin Amin.
Kiprahnya sebagai pedagang bermula dari masa penjajahan Britania Raya saat menduduki tanah Malaysia berpuluh tahun silam.
Selama merantau sebagai pedagang di Malaysia, Nasimuddin Amin juga pernah terlibat dalam pergerakan melawan penjajahan di tanah Melayu tersebut.
Salah satu rekan perjuangannya di Malaysia adalah Othman Abdullah. Ia cucu Mohamed Taib bin Haji Abdul Samad-salah satu pedagang asal Luhak Nan Tigo yang jaya di Malaysia.
Kala masa pergerakan, Nasimudin bersama para perantau ini melakukan perlawanan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mendirikan media cetak.
Namun selama masa itu, pedagang Minang belum mempunyai posisi tawar dalam menguasai tanah jajahan Inggris tersebut.
Setelah masa kemerdekaan, kedudukan para saudagar Minang di Malaya mulai membaik.
Hal ini dipicu oleh penerapan politik Ketuanan Melayu pada dekade 1960-an.
Kebijakan ini bertujuan untuk mengangkat ekonomi bangsa Melayu dan memberikan privilese kepada raja-raja Melayu sebagai penguasa tertinggi Malaysia.
Dengan diterapkannya kebijakan ini, banyak pengusaha Minang yang diuntungkan. Mereka diberikan kemudahan lisensi dan kredit modal kerja.
Kebanyakan dari pengusaha tersebut berasal dari keluarga Kerajaan Negeri Sembilan, atau yang memiliki kedekatan dengan penguasa.
Alhasil, Nasimudin Amin menjadi salah satu perantau Minang yang kaya raya di Malaysia bersama nama-nama lain seperti Tunku Tan Sri Abdullah, serta kakak-beradik Tunku Naquiyuddin dan Tunku Imran.
Dengan kekayaannya kemudian Nasimuddin menjadi pemegang 40% saham mobil nasional: Proton.
Dia merupakan pendiri sekaligus pemilik konglomerasi NAZA Group. Perusahaan itu meliputi bisnis otomotif, keuangan, properti, dan perkebunan.
Pengusaha lainnya Abdullah, merupakan pemilik konglomerasi Melewar Group. Bisnisnya meliputi industri baja dan aneka turunannya.
Dia juga memiliki perusahaan energi di Thailand: Siam Power Generation Company, Ltd.
Dua orang kemenakannya Tuanku Naquiyuddin dan Tunku Imran adalah pemilik konglomerasi Antah Holdings.
Perusahaan ini bergerak di bidang properti, teknologi informasi, dan keuangan.
Antah seperti juga halnya Melewar, diambil dari nama raja Minangkabau yang pernah memerintah Negeri Sembilan.(*)
Tulisan ini disadur dari laman blog afandriadya.com serta telah dirubah demi kepentingan redaksi
*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.
****
Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini) 😊
*
Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.