KATASUMBAR – Pemerintah Kabupaten Agam sejauh ini telah menghitung dampak kematian ikan di Danau Maninjau.
Fenomena yang terjadi sejak awal tahun dan November 2022 itu masih jadi perhatian hingga saat ini, Selasa (29/11).
Berdasarkan perhitungan pemerintah, saat ini jumlah ikan dari Keramba Jaring Apung (KJA) yang mati mencapai 705.
Jumlah itu merupakan perhitungan dari dua periode kejadian yang dimulai pada bulan Februari 2022.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira.
“Kejadian yang pertama berlangsung hingga Maret, kemudian disusul pada bukan November ini,” katanya.
Ia merinci, pada kejadian pertama, kematian ikan dari KJA Maninjau mencapai 260 ton, sedangkan pada November ini mencapai 455 ton.
“Dari jumlah tersebut, kami simpulkan kerugian petani hingga saat ini sudah mencapai Rp14,80 miliar,” ucapnya.
Menurutnya, angka itu diperoleh dari perhitungan harga ikan perekornya yang dijual petani di pasaran.
“Jumlah itu hasil perhitungan dari harga ikan tingkat petani yang mencapai Rp21.000 per kilogram,” papar Rosva.
Adapun sebaran fenomena kematian ikan melanda setidaknya 23.359 unit keramba milik masyarakat.
“Setidaknya 60 persen dari jumlah keramba yang ada,” ujarnya singkat.
Penyebab Kematian Ikan
Peneliti Pusat Riset Limnologi BRIN, Fauzan Ali menyebut kematian ikan di Danau Maninjau merupakan dampak dari menipisnya kandungan oksigen di dalam air.
“Oksigen itu tidak cukup lagi untuk menghidupi alga yang tumbuh di danau. Jadi bisa nol oksigenya. Akhirnya ikan-ikan itu mati,” katanya dikutip dari CNN Indonesia.
Ia menjelaskan banyak alga dan plankton yang hidup di dasar danau tersebut. Walhasil, kedua makhluk tersebut membutuhkan oksigen.
Terutama, kata dia, kebutuhan akan Oksigen tersebut semakin tinggi pada malam hari.
Sedangkan terkait minimnya Oksigen, Fauzan menjelaskan hal itu dipengaruhi limbah dari pakan ikan yang jatuh ke dasar danau.
Limbah pakan ini membuat mikrobiologi lambat mengurai sisa pakan ikan.
Proses tersebut dijelaskan Fauzan membutuhkan oksigen di dalam air, untuk mengurai sisa makanan dan kotoran menjadi amoniak.
Barulah setelah proses tersebut rampung, lalu dilepaskan ke permukaan air.
Dengan demikian, kandungan oksigen di dalam danau kian habis karena ekosistem di dalam air saling berebut oksigen.
Tak ayal, ikan yang ada di karamba tidak kebagian oksigan dan berakhir mati.(*)
*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.
****
Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini) 😊
*
Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.