KATASUMBAR – Arrazy Hasyim terkenal sebagai sosok ulama asal Sumatera Barat yang fokus pada ilmu Tasawuf.
Buya Arrazy-demikian panggilannya terkenal dengan ceramah yang menyentuh lewat media sosial.
Meskipun, konsep pemikiran Tasawuf ala Buya Arrazy tidak semua orang bisa memahaminya dengan baik.
Namun, apa yang ia sampaikan kerap melekat di ingatan demi menambah khazanah pengetahuan.
Arrazy Hasyim dikenal dengan pembawaan yang tenang saat ceramah. Retorikanya mudah dipahami pendengarnya.
Apalagia ia terkenal sebagai ulama yang santun saat menyampaikan pendapatnya.
Di sisi lain, ia juga pernah berpendapat keras menentang pernyataan Zakir Naik.
Ia menentang pendapat Zakir Naik soal penggunaan celana cingkrang.
Ia menanggapi anggapan memakai celana cingkrang merupakan bagian dari sunah Nabi.
Beliau menjawab bahwa Zakir Naik adalah otodidak yang suka baca buku dan pintar.
Namun kurang tepat jika disebut sebagai ulama. Menurutnya, celana cingkrang tidak ada di zaman Nabi, melainkan dulunya hanyalah ada sarung cingkrang.
“Celana jingkrang (cingkrang) tidak ada di zaman Nabi, yang ada hanya sarung jingkrang (cingkrang),” tutur Buya Arrazy.
Ia pun menjelaskan, Hadis tentang larangan sarung atau celana cingkrang perlu dipahami secara utuh, tidak sepotong-potong.
Sebab memang ada larangan memakai sarung cingkrang, tetapi ada alasan di baliknya, yaitu bila timbul kesombongan dalam hati.
Berpendidikan Tinggi
Jika mendengar pemahaman yang disampaikan Buya Arrazy, sangat bisa dimaklumi pendapatnya pada Zakir Naik bisa dimaklumi.
Sebab ternyata dia memiliki segudang pengetahuan akademik yang prestisius.
Diketahui, alumni MAN 1 Model Bukittinggi yang lulus pada 2004 silam itu ternyata telah malang melintang di pendidikan agama.
Pada Tahun 2008, Buya Arrazy menamatkan pendidikan Ilmu Hadis di Pesantren Mahasiswa Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.
Ia ernah aktif sebagai dosen Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Kemudian dosen ilmu Kalam dan Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 sampai dengan 2019.
Selain itu, Buya Arrazy aktif sebagai pengajar/pengampu Kitab Aqidah Ahlus Sunnah dan Hadits Sunan An-Nasa’i dan Ibnu Majah di Darussunnah.
Pada akhir 2018, ia mendirikan Ribath al-Nouraniyah di Tangerang Selatan, Takhassus Ilmu Akidah Ahlus Sunnah dan Tasawuf.
Guru Buya Arrazy Buya Arrazy pernah belajar kepada Syaikh Prof Dr M Hasan Hitoo, seorang penghafal Kitab Al-Muwatta’.
Dr Badi Sayyid Al-Lahham (murid Syaikh Nuruddin Itr. Dan Taufiq Al-Buti (putra dari Syaikh Muhammad Said Ramadan Al-Buthi). Mereka semua berasal dari Suriah.
Buya Arrazy menempuh pendidikan di tiga tempat sekaligus dalam waktu bersamaan.
Salah satunya yaitu Darus Sunnah milik KH Ali Mustofa Yaqub, alumni Tebuireng, yang juga menjadi gurunya.
Di pesantren ini Buya Arrazy mengkhatamkan enam kitab Hadis yang menjadi standar keilmuan ulama muhadditsin, yaitu Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al-Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Hal inilah yang membuat Buya Arrazy dijuluki Pakar Hadis asal Minangkabau.
Selain itu, ia juga punya sederet karya tulis yang terkenal.
Berikut daftarnya:
1. Kritik Para Ulama Terhadap Konsep Teologi Ibn ‘Arabi (2009)
2. Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke-17 sampai ke-19 (2011)
3. Teologi Muslim Puritan: Genealogi dan Ajaran Salafi (2017)
4. Akidah Salaf Imam Al-Tahaawii (2020).(*)
Komentar post