3 Cara Atasi Wabah Covid-19 di Sumbar Versi dr Andani

KATASUMBAR — Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas dr Andani Eka Putra menilai penyebaran virus corona di Sumatera Barat menuju fase puncak. Penambahan kasus positif meningkat tajam dan tercatat sudah 2.239 orang yang terinfeksi hingga 1 September 2020.

“Di fase puncak, penambahan kasus positif akan cendrung meningkat tajam,” ujar dr Andani dalam rapat terbatas melalui Video Conference (Vidcon) dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) se Sumbar, Selasa (1/9).

dr Andani memberikan tiga solusi untuk mengatasi wabah berkembang cepat. Pertama, bagaimana pasien positif tidak bisa menginfeksi orang lain. Teknik tersebut dapat digunakan dengan cara melakukan testing, tracing, treatmen dan isolasi.

Kedua, bagaimana seseorang itu tidak terinfeksi. Caranya adalah dengan menggunakan protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan, serta menjaga jarak.

“Karena ini adalah masalah kita bersama protokol kesehatan paling utama, Karena tidak semua orang patuh melakukannya,” ujar dr Andani.

Ketiga, melakukan upaya pembatasan-pembatasan, namun tidak melakukan PSBB karena belum ada restu dari pemerintah. “Selain beban biayanya besar juga sangat berat ditanggung oleh pemprov juga efek ekonomi sosialnya juga sangat berat,” ujarnya.

dr Andani juga menyebutkan bahwa kita sepakat melakukan pembatasan ditingkat provinsi, kemudian dengan melakukan pemeriksaan secara masif untuk beberapa titik.

“Dan beberapa kegiatan yang mengumpulkan orang ramai seperti pesta dan lainnya yang menyebabkan pertemuan banyak orang. Mungkin hal yang seperti itu perlu dibatasi, agar tidak terjadi penularan kepada banyak orang,” sebut dr Andani.

Sejauh ini, lanjutnya, kita semua masih bekerja keras untuk mengendalikan dan mengontrol pandemi covid di Sumatera Barat, tapi apakah bertahan selamanya? “Saya jawab tidak kalau kita tidak serius,” ujarnya.

Karena untuk menyelesaikan pandemi ini tidak cukup hanya di laboratorium saja dan tidak cukup hanya dinas kesehatan saja maupun tempat karantina saja tetapi semua pihak harus berpartisipasi bersama-sama untuk mengendalikan pandemi. (*)