KATASUMBAR – Di tengah lesunya ekonomi karena faktor pandemi Covid-19. membuat Amaniarty warga jalan Pasir Muaro Ganting nomor 30 RT 03 RW 11 Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, memutar otak untuk bisa bertahan hidup.

Bermodal pernah mengikuti pelatihan pengembangan produk di PT. Angkasa Pura II. Kemudian Amaniarty mendapatkan ide mengolah limbah sabut kelapa menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual dan seni.

Karya inovatif yang dibuat dari limbah sabut kelapa itu diantaranya kaligrafi islam, pot bunga, miniatur pohon, dan beberapa karya seni kreatif lainnya.

Amaniarty mengungkapkan, kaligrafi islam dari bahan sabut kelapa sudah mulai dibuat sejak 8 bulan terakhir atau awal pandemi Covid-19 merebak di Sumatra Barat (Sumbar). Hal itu semakin membuatnya tergerak karena pandemi Covid-19 telah membuat perekonomian menjadi lesu.

Perempuan yang juga menjadi salah satu pengurus di kampung KB Bangau Putih ini, melihat banyak masyarakat disekitar yang terdampak perekonomiannya akibat Covid-19.

“Maka saya memikirkan cara bagaimana kami bisa bertahan hidup, dengan mencoba mencari referensi bagaimana pengolahan dan pembuatan sabut kelapa menjadi karya seni melalui YouTube dan media sosial Facebook,” katanya, Sabtu (14/11/2020).

“Jadi akhirnya ketemu karya yang bisa dibuat dari limbah sabut kelapa. Karya seni itu adalah kaligrafi islam,” sambungnya.

Amaniarty melanjutkan, dia bersama suami mencari limbah sabut kelapa di sejumlah lokasi khususnya di tempat-tempat penjualan kelapa muda.

“Sabut kelapa ini kami dapatkan dari tempat penjualan kelapa muda dengan gratis, daripada jadi sampah, lebih baik diberikan kepada kami dan dibuat sesuatu yang bernilai,” ujarnya.

Setelah sabut dikumpulkan, tahap awal pembuatan kaligrafi islam dari sabut kelapa dimulai dari sabut kelapa direndam dalam air selama lebih kurang 10 hari sampai 15 hari.

Amaniarty menyebutkan, tujuan sabut kelapa direndam tersebut adalah untuk membuat sabut kelapa menjadi lebih lunak dan mudah untuk diolah menjadi kaligrafi islam.

Proses selanjutnya adalah sabut-sabut kelapa tersebut digiling dengan mesin khusus untuk memisahkan antara sabut kelapa dengan kulit kelapa.

Ia menambahkan, bagian sabut yang lebih kasar dipisahkan dengan yang lebih halus dimana sabut kasar itu merupakan bahan utama dari pembuatan kaligrafi islam.

“Sementara bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kaligrafi islam dari sabut kelapa itu diantaranya lem, pigura, dan mesin kompresor untuk merekatkan sabut kelapa dengan pigura,” ujarnya.

Amaniarty melanjutkan, sabut-sabut yang telah dipilih tadi kemudian ditempelkan ke media kain dan dan triplek sebagai wadah dari tulisan kaligrafi islam tersebut.

“Sementara untuk tulisan ayat-ayat Al-Qur’an itu dibuat dari bahan ijuk berwarna hitam sehingga sabut kelapa yang berwarna kekuningan menjadi latar dan ijuk menjadi tulisan kaligrafinya,” jelasnya.

Proses pembuatan kaligrafi islam dengan bahan dasar sabut kelapa itu menghabiskan waktu selama satu hari karena proses perekat-an sabut pada media dan pigura memakan waktu yang lama menggunakan kompresor.

Ia mengungkapkan, untuk satu harga kaligrafi islam sabut kelapa berkisar antara Rp 60 ribu sampai Rp 250 ribu tergantung ukuran dan kerumitan ayat kaligrafi yang dibuat atau dipesan oleh pembeli.

Kaligrafi islam sabut kelapa tersebut bertepatan dengan momen pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XVIII Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) dimana kaligrafi islam sabut kelapa bisa dijadikan cinderamata bagi peserta MTQ dari Provinsi lain.

“Kami juga memamerkan produk kaligrafi islam sabut kelapa ini di stand pameran yang ada di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman,” ungkapnya.

Saat ini penjualan kaligrafi islam sabut kelapa ini hanya dibuat ketika ada orang yang memesan. Kaligrafi islam sabut kelapa ini juga dipromosikan secara online dan di media sosial.

Sabut kelapa selain dibuat menjadi kaligrafi islam, Amaniarty juga memanfaatkan sabut kelapa menjadi pot bunga yang ramah lingkungan dibandingkan pot kebanyakan yang dijual saat ini.

Ia menambahkan, sabut kelapa dibuat menjadi pot bunga mengikuti tren yang saat ini digandrungi oleh masyarakat yakni mengkoleksi tanaman dan bunga hias.

“Satu pot bunga sabut kelapa ini harganya hanya Rp12.500 per satu pot. Pot bunga sabut kelapa sangat cocok bagi orang yang menyukai suasana alam di rumahnya,” tuturnya.

Ke depan Amaniarty berencana akan membuat sandal jepit dari sabut kelapa. Saat ini dirinya masih mempelajari bagaimana cara membuat sandal dari sabut kelapa.

*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

****

Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini)  😊

*

Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.