KATASUMBAR – Pemerintah kembali membuka opsi impor beras sebanyak 500 ribu ton lagi. Kebijakan ini untuk mencukupi kebutuhan nasional.
Rencana tersebut disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.
Ia mengatakan, pemerintah mengambil langkah impor, lantaran pasokan beras di Bulog saat ini hanya 300 an ribu ton.
“Sedangkan seharusnya, stok Bulog itu 1,2 juta ton,” katanya dalam Raker dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (15/3) lalu.
Namun terkait langkah impor, Zulhas menyebut itu baru sebatas wacana, lantaran saat ini sedang memasuki fase panen raya.
“Walaupun berat, saya ini sebenarnya nggak setuju impor-impor itu, tapi tidak ada pilihan.”
“Kemarin diputuskan kembali 500 ribu ton, tapi kapan diperlukan. Karena sekarang lagi panen raya,” lanjutnya.
Di sisi lain, Zulhas menyebut, opsi tersebut diambil pemerintah lantaran perang antara Rusia dan Ukraina.
Konflik kedua negara membuat sejumlag komoditas pangan menjadi langka.
“Karena begini, jadi Rusia Ukraina itu komoditas jadi langka, jadi terbatas.”
“Jadi kita harus beli dulu walaupun nanti kapan-kapan kalau kita butuh baru kita ambil. Jadi kita beli kita taro di tempat mereka,” Jelasnya.
Yang pasti opsi impor beras tidak dilakukan sekarang, karena Indonesia masih di periode panen raya.
“Belum sekarang ini kan lagi panen raya, nggak mungkin. Tapi kalau kita nggak beli nanti nggak ada, gimana?,” terangnya.
Lantas bagaimana dengan kondisi beras di Sumatera Barat?
Beras di Sumbar
Selain untuk memenuhi pasokan Bulog, langkah pemerintah mengimpor beras adalah untuk menormalisasi harga beras di pasaran.
Sumatera Barat menjadi daerah dengan harga beras tertinggi di Indonesia berdasarkan data Februari 2023 lalu.
Harga beras di Sumbar, mencapai angka Rp16.358 per kilogramnya untuk beras premium, dan Rp14.058 untuk beras medium.
Harga beras di Sumbar ini bahkan mengalahkan privinsi lain seperti Papua dan Riau.
Soal pasokan, pada akhir 2022 lalu, Bulog Sumbar memprediksi pasokan beras di Sumbar bakal mencukupi sampai periode awal 2023.
Hal demikian diungkapkan oleh Kepala Bulog Provinsi Sumbar Tommy Despalingga pada RRI Padang, Rabu (28/12) lalu.
Ia mengatakan, pada akhir tahun, cadangan beras untuk wilayah Sumbar saat ini sebanyak 2.900 ton.
Diperkirakan cadangan beras akan bertahan hingga Februari 2023. Cadangan terrsebut berasal dari NTB dan Sulawesi Selatan dengan jumlah masing-masing 500 ton.
Kemudian ada pula tambahan impor beras dari Vietnam sebanyak 5.000 ton pada awal Januari 2023.
Kendati harga terbilang tinggi, Tommy meyakini pada musim panen, harga beras di Sumbar akan turun.
“Itupun jika kondisi cuaca stabil pada musim panen dan ditambah dengan masuknya beras impor.”
“Adanya pasokan membuat pedagang beras akan mengganti stok beras lama dengan yang baru,” paparnya.
Produksi Beras Sumbar
Kemudian untuk jumlah produksi, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat produksi padi sepanjang 2022 setara dengan 795.306 ton beras.
Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati mengatakan produksi padi pada 2022 yaitu sebesar 1.373.532 ton Gabah Kering Giling (GKG).
Lanjutnya, angka ini mengalami kenaikan sebanyak 56.323 ton atau 4,28 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 1.317.209 ton GKG.
“Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2022 setara dengan 795.306 ton beras,” sebut dia.
Ia menambahkan, produksi padi ini mengalami kenaikan sebesar 32.612 ton atau 4,28 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 762.694 ton.
Produksi beras tertinggi pada 2022 terjadi pada Maret, yaitu sebesar 85.428. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada September, yaitu sebesar 36.444
Ia menambahkan, pada Januari 2023, produksi beras diperkirakan sebanyak 73.853 ton beras, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2023 ialah sebesar 268.652 ton.
Dengan demikian, potensi produksi beras pada Subround Januari−April 2023 diperkirakan mencapai 342.505 ton beras.
Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 20.729 ton (6,44 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada Januari−April 2022 yang sebesar 321.776 ton.