KATASUMBAR – Warga di Jorong Situgar, Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Tanah Datar-Sumbar, masih menganut sistem irigasi zaman dahulu.
Sistem ini dinamakan Paraku, dan bertujuan membagi aliran air di cabang bandar.
Paraku bisa ditemui dengan mudah terutama di Jorong Situgar.
Sistem ini dinilai sangat efektif dalam menekan konflik yang muncul akibat rebutan air untuk pertanian.
“Kita sedari dulu mengadopsi Paraku, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” ungkap Syafii, warga lokal, diperbaharui Minggu 24 April 2022.
Sistem ini terbuat dari kayu atau papan yang ditanam di cabang saluran air. Papan yang ditanam, mesti selebar bandar induk, lalu diserut hingga terbentuk tiga sisi puncak.
Fungsinya membendung air, puncak bagian tengah berperan sebagai penentu banyak debit air dari sisi kanan atau kiri.
“Misal, lebar bandar induknya 1 meter dan bercabang 2. Di sisi kanan ada 10 petak sawah, sementara di kiri ada 5 petak, maka sisi tengahnya dibuat mendekat ke kanan,” katanya.
Tujuannya, agar air lebih banyak mengalir ke sisi kanan sebab banyak sawah berada di sana yang butuh air.
Ketentuannya, berdasarkan kesepakatan semua pemilik sawah di sepanjang bandar. Tidak ada yang bisa menggeser karena sanksi adat menanti.
“Jika ingin menggeser, harus kesepakatan bersama. Inilah sistem pembagian air yang paling adil,” pungkasnya.
Ada 100 hektare sawah yang memakai sistem Paraku di Situgar. Dalam perkembangannya, Paraku tetap dipakai, namun sudah diganti dengan beton yang lebih awet.
Dengan adanya sistem ini, tidak pernah terjadi konflik antar petani terkait rebutan air irigasi di wilayah itu.
*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.
****
Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini) 😊
*
Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.
