KATASUMBAR – Merantau adalah tradisi Urang Minang-sebutan untuk masyarakat asli Sumatera Barat.
Tradisi ini telah berlangsung sejak berabad-abad silam yang kemudian mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat Sumbar.
Pada tradisi ini, setiap Urang Minang yang ingin sukses, maka disarankan untuk merantau demi mencari penghidupan.
Hal itu lah yang mendorong Urang Minang untuk bisa menikmati hidup lebih baik di rantau, meskipun tidak sedikit pula yang bernasib kurang mujur.
Kaum perantau yang kurang beruntung biasanya tetap memiliki daya juang sehingga mereka enggan untuk pulang kembali ke kampung halaman.
Masyarakat minang perantauan kebanyakan menjadi pengusaha dan rata-rata dari berdagang.
Mulai dari berdagang di pasar hingga membuka bisnis usaha rumah makan Minang, yang menjadi cikal bakal populernya aneka makanan khas Minang.
Namun, tradisi merantau ini tidak bisa dilakukan dengan sekedarnya saja. Dalam kebudayaan Minangkabau, selalu ada pijakan filosofis yang dibawa ke rantau.
Filosofi ini tertuang dalam beragam pepatah. Pepatah yang selalu menjadi pegangan Urang Minang kala merantau.
Pepatah yang menjadi landasan berfikir Urang Minang dalam bertahan hidup di tanah yang jauh dari kampungnya sendiri.
Berikut 6 pepatah Minang yang menjadi filosofis kehidupan Urang Minang kala merantau.
1. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Para perantau biasanya memang teguh kata-kata di atas, sehingga apa pun hasil yang didapat, mereka akan mengutamakan bersyukur.
Kemudian menjadi pantang menyerah karena Islam secara gamblang melarang umatnya untuk menyerah pada keadaan.
Jiwa juang masyarakat Islam sudah diteguhkan Rasul ketika menyebarkan ajarannya, dan inilah yang diterapkan masyarakat minang sejak dulu.
2. Alam Takambang Jadi Guru
Tidak ada kecanggungan atau perasaan rendah diri dari para perantau untuk belajar dari siapa saja, apa saja dan dimana saja.
Hal ini membuat pemikiran para perantau menjadi terbuka untuk semua kondisi sosial yang terjadi.
Sehingga memudahkan mereka menyerap ilmu baru yang tidak didapat di kampung.
3. Dima Bumi Dipijak Di Sinan Langik Dijunjuang
Pribahasa ini membuat perantau bisa cepat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Masyarakat minang di rantau akan membiasakan diri dengan budaya setempat sehingga tidak menimbulkan gap kesukuan kedaerahan dengan masyarakat lokal tempatnya tinggal.
4. Baraja ka Nan Manang, Mancontoh Ka Nan Sudah
Masyarakat minang tipenya cepat belajar. Mereka akan suka rela belajar dari pengalaman kesuksesan seseorang.
Tentunya juga belajar dari setiap kegagalan yang ditemui, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dua kali.
5.Indak Ado Rotan Aka Pun Jadi, Indak Kayu Janjang Dikapiang
Pribahasa di atas merupakan pijakan semangat pantang menyerah. Semua akan dilakukan untuk sebuah perjuangan dalam berusaha, baik menuntut ilmu, berdagang, atau pekerjaan lainnya.
Pepatah di atas kurang lebih sama dengan nasehat orang tua “rezeki tidak hanya datang dari satu pintu tapi dari banyak pintu”.
6.Takuruang Nak Di Lua, Tahimpik Nak Di Ateh
Sifat ini membuat perantau berusaha meminimalisir segala kegagalan.
Coba diterapkan pepatah petitih di atas ke diri Anda, mungkin bisa membantu menjadikan Anda sebagai seseorang yang memiliki daya tahan dan daya juang yang sangat tinggi.(*)