KATASUMBAR – Clémentine-begitu perempuan 22 tahun asal les Sables d’Olonne, Perancis itu dipanggil. Ia adalah perempuan yang menempuh perjalanan jauh meninggalkan kehangatan rumah demi berpertualang hingga ke tanah Minang.

Clem-panggilan Clémentine bahkan memulai perjalanan itu sejak umurnya masih 9 tahun dan Bali adalah tempat pertama yang ia kunjungi di Indonesia. Sebuah perjalanan yang merubah hidupnya selamanya.

Bermula dari Bali, Clem memulai banyak kisah seru. Perjalanan itu pula yang menumbuhkan rasa cintanya terhadap Indonesia, yang kemudian memilih Sumatera Barat sebagai tempat ia hidup, dan menemukan kasih.

Katasumbar mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan kisah Clem. Kisah perjalanan seorang perempuan Perancis yang menjatuhkan cintanya di Ranah Minang. Berikut kisahnya:

Nama saya Clémentine, saya berasal dari les Sables d’Olonne, Perancis. Les Sables d’Olonne adalah kota kecil di Perancis Barat, yang dikelilingi Samudra Atlantik.

Saya tidak bisa tinggal jauh dari laut, dari pasir, dari alam. Aku bisa dipanggil anak pantai kah? Impian saya Dari kecil adalah jadi dokter monyet.

Kata pertama yang saya sebut sebagai bayi, itu bukan “mama” atau “papa” sama dengan anak-anak lain. Tetapi, kata pertama yang saya sebut sepanjang hari sampai orang tua saya bosan adalah “BULE” .

Waktu saya masih bayi, orang tua saya belum kenal dengan Indonesia, belum tahu arti bule. Sekarang, kami ingat ini dan benar pikir: takdir saya sudah jelas dan memberi saya dan keluarga saya tanda-tanda Dari dulu. Saya Harus pergi ke Indonesia.

Selain itu, saya berusia 21 tahun (hampir 22) dan saya mendapatkan masa kecil yang lebih dari luar biasa, dikelilingi dan didukung oleh keluarga yang terbaik. Masa kecil yang penuh dengan cinta, perjalanan, momen-momen yang sederhana tapi berkualitas.

Perjalanan saya yang berubah hidupku selamanya adalah tahun 2008. Pertama kali kali aku menginjak Tanah Air. Indonesia.

13 tahun yang lalu, saya menginjak Tanah Air. Orang tua saya, sebagai petualang, ingin membawah saya dan Kakak saya ke Indonesia. Mereka memilih pulau Bali.

Sejak perjalanan itu, sejak detik pertama saya mendarat di Tanah Air, saya tahu perjalanan itu lebih dari liburan biasa. Saya sudah tahu bahwa Indonesia adalah negara adopsi saya. Perjalanan itu merubah hidupku untuk selamanya.

Bali bukan tempat saya yang favorit di Indonesia, tapi Bali tetap spesial dan istimewa bagiku. Berkali-kali saya pergi kesana, hatiku tetap senang datang kesana.

Kebanyakan orang luar (Eropa) pikir Indonesia adalah Bali saja, padahal Indonesia adalah negara yang benar-benar besar. Dengan lebih dari 17 000 pulau, 750 bahasa daerah, 265 juta masyarakat, Indonesia mencuri hatiku.

Biasanya, jika orang-orang berbicara tentang Bali, mereka pasti sebut beach club, bule-bule banyak, dan pesta.

Bali yang aku suka, adalah Bali yang sederhana, autentik dan unik. Bali yang jauh dari tempat turis-turis yang ingin membawah budaya mereka ke pulau itu.

Yang saya suka dalam perjalanan adalah temukan dunia dan temukan budaya baru dengan mata yang pahami dan ramah.

Yang saya paling suka itu bisa berkomunikasi bersama masyarakat, mencoba masakan yang khas dari Indonesia, dengar cerita-cerita orang kampung.

Karena perjalanan ke Bali 13 tahun yang lalu benar benar spesial untuk saya, saya tato di pungung saya bunga Lotus.

Di Bali, ada banyak bunga Lotus dan saya memutuskan mengukirnya untuk selamanya untuk mengingatkan saya selamanya. (Saya tato sebelum mualaf)

Setelah perjalanan pertama di Indonesia, kami pulang ke Perancis. Saya mulai sekolah lagi, dan orang tua saya lanjut kerja. Di rumah, kami selalu berbicara tentang Indonesia, tentang memori-memori kami disana.

Kami sangat rindu kepada Indonesia, suasananya, budayanya, kebaikan masyarakatnya. Beberapa bulan kemudian, orang tua saya membeli tiket pesawat untuk pergi lagi ke Indonesia.

Kali ini, orang tua saya memutuskan untuk pergi keliling pulau Jawa dan Sulawesi. Perjalanan itu merupakan perjalanan yang sangat berarti bagi kami.

Kami mulai belajar beberapa kata dalam Bahasa Indonesia, seperti “terima kasih”, “selamat pagi”. Kami mulai lebih mengerti dengan budaya Indonesia.

Saya sangat bersyukur karena bisa pergi keliling negara yang tercantik di dunia (menurut saya eheh). Tidak semua orang bisa pergi jalan-jalan setiap tahun, di negara yang secantik dan seluar biasa ini.

Saat saya pulang ke Perancis untuk ceritakan liburan saya, orang-orang Perancis pada kaget.

“Liburan ini, saya pergi berenang dengan Penyu Laut, naik gunung Bromo, melihat seremoni khas Toraja, melihat Orang Utan, melihat ribuan ikan Hiu di bawah kaki saya. ”

Sejak kecil, setiap tahun, saya paling tidak sabar menunggu bulan Juli untuk bisa terbang ke Indonesia. Di Perancis, semua anak-anak (dari TK sampai SMA, dapat libur selama 2 bulan untuk musim panas).

Tahun 2009 agak sulit untuk keluarga saya dan saya. Kematian beberapa anggota keluarga kami bikin kami lemah. Sudah lama orang tua saya ingin pergi ke pulau Sulawesi, dan saya masih yakin bahwa perjalanan itu sangat membantu kami dalam duka kami.

Kami tinggal beberapa waktu di daerah Toraja. Hidup dan penglihatan mereka dari kematian sangat berbeda dari kami. Kami sangat belajar dari adat mereka.

Perjalanan bukan hanya saja pergi santai di pantai dan minum jus. Itu lebih dalam dari itu. Perjalanan bisa perbaiki hati kami, bisa ajarin prinsip hidup yang penting, bisa merubahkan hidup seseorang.

Ketika saya Di Indonesia, hati kecil ku bahagia. Saya bisa menjadi diri sendiri tanpa memikirkan orang lain yang menilai saya. Di Indonesia, saya belajar semua prinsip hidup sama dengan ikhlas, hormati orang lain, kebaikan.

Pernah nggak kamu merasa Di tempat yang benar di waktu yang tepat? Itu lah yang saya rasakan sedang Di Indonesia.

Waktu saya kecil, kalau orang-orang Tanya “Apa tujuan hidup mu?”

Saya pasti jawab: “Tujuan hidup ku adalah tinggal di Indonesia, sama cinta hidup ku, dikelilingi banyak binatang-binatang ”

Di Indonesia, saya menemukan damai.

Zaman remaja saya merupakan sangat bahagia. Bayangkan saja. Saya pergi ke Kalimantan untuk bertemu sama orang-orang Dayak, berenang dengan Pari Manta, ikan Hiu, Penyu Laut, tidur di hutan untuk bertemu Orang Utan, bantu petugas pantai untuk melepaskan Penyu baru lahir ke laut.

Tidak ada kata-kata untuk mengekspresikan kebahagianku dan keberuntungan saya bisa pergi keliling tanah air ini yang sangat luas, beragam dan yang punya pemandangan dan kebudayaaan yang sekaya ini.

Ketika saya di Perancis, saya ingat Indonesia. Sedangkan saya lagi Di sekolah SMP, lagi belajar di kelas, saya menggambar pantai. Pantai Indonesia, yang cantik dan yang tidak keluar Dari pikiranku. Saya juga Punya buku yang saya menulis kata-kata Bahasa Indonesia.

Dari umur 11 tahun, saya belajar Bahasa Indonesia. Sendiri, secara otodidak. Logat Indonesia sudah dapat dengan saya. Saya selalu dengar lagu-lagu Indonesia. Saya download radio Indonesia Di laptop untuk visa mendengar berita Indonesia setiap hari.

Walaupun saya belum bisa mengerti semua, saya bahagia. Bahagia bisa dengar Bahasa Indonesia, lagu-lagu nya. Disitu lah, saya juga tahu agama Islam cocok buat saya, dan saya Punya buku khusus agama.

Saya selalu berbicara tentang Indonesia, kepada semua teman-teman ku di sekolah. saya ceritakan tentang keindahan tanah air, keramahan orang disana.

Impian saya waktu itu adalah menjadi dokter monyet. Karena saya sangat fan sama @chaneekalaweit, saya kirim surat kepadanya untuk kasih tahu dia saya sangat bangga kepada pekerjaan yang dia lakukan di Indonesia.

Saya bilang saya mau bertemu sama dia dan saya ingin menjadi dokter monyet, sama seperti dia. Dia menjawab surat saya dengan kata-kata motivasi dan sangat lembut.

Sayangnya, saya tidak bisa lanjut kuliah dokter karena nilai saya dalam matematika sangat kacau. Tapi, apapun caranya, saya tahu akan membantu alam Indonesia dengan caraku sendiri.

Waktu saya 11 tahun saya sudah bilang kepada orang tua saya : “Jodoh saya orang Indonesia. Saya yakin saya akan nikah sama orang Indonesia”.

Suatu hari, ibu saya Pernah ketemu dengan dukun Perancis. Dukun Nya bilang : “Anak perempuan nya akan lakukan hal-hal yang luar biasa di Indonesia.”

Mentawai.. ah mentawai. Pertama kali saya pergi ke Sumatera, saya mengunjungi pulau Siberut, untuk bertemu dengan orang-orang mentawai.

Orang-orang Mentawai tinggal jauh di dalam hutan. Mereka menghormati alam, binatang-binatang, manusia. Mereka sangat ramah, baik hati, dan bersyukur selalu.

Hidup sederhana, tapi yang bahagia. Jauh dari dunia ini yang selalu konsumsi banyak, yang tidak menghormati alam, dan yang tidak pernah puas dengan apa yang kita punya.

Waktu saya pergi ke Mentawai, umur saya baru 13 tahun. Saya masih SMP. Saya adalah anak yang pendiam, malu, dan tenang. Tapi, setelah perjalanan itu, saya berubah. Saya menjadi lebih ekstrovert dan tersenyum.

Untuk pergi kesana, saya terbang dari Perancis, ke Kuala Lumpur, lanjut ke Padang. Dari Padang naik feri selama 8 jam.

Feri nya penuh dengan tikus besar dan ombak-ombak sangat besar. Setelah itu, kami naik perahu kecil di sungai selama 3 jam. Kemudian, kami jalan selama 3 jam di dalam hutan.

Bertemu sama orang-orang Mentawai adalah pengalaman yang saya tidak akan pernah melupakan. Belajar kesederhaan lagi, belajar mancing, mencari makanan sendiri. Menjadi mandiri dan berani. Belajar berbagi tanpa batas, dan imbalan apapun.

Terima kasih atas membuat ku bersyukur apa adanya, terima kasih untuk mengajarin saya kehidupan dengan prinsip yang lembut dan kuat.

Masura bagata!

Tahun 2012, pertama kali saya pergi ke pulau Sumatera. Sejak moment itu, saya tidak pernah berhenti pergi ke pulau tercantik ini sampai sekarang. Tidak ada 1 tahun pun tanpa saya pergi ke Sumatera.

Sumatera Utara merupakan tempat yang sangat luar biasa. Tempat saya yang favorit di Sumatera Utara adalah pulau banyak. Sama dengan surga. Cantik dan lembut.

Tetapi, teman-teman sudah tahu seberapa cinta saya untuk Ranah Minang. Ranah Minang sangat istimewa bagiku. 9 tahun yang lalu, pertama kali saya pergi ke Sumatera Barat, saya sudah menyadari bahwa Ranah Minang ini menjadi rumah saya yang kedua.

Kata-kata tidak akan cukup untuk menjelaskan seberapa hati ku senang ketika saya mendarat di Padang.

Suasana Sumatera Barat berbeda dari propinsi-propinsi lain. Sebagai orang Asing, tidak selalu mudah untuk pahami budaya dan adat mereka.

Tetapi saya belajar terus dan tidak menyerah. Waktu saya masih SMP saya mulai belajar Bahaso minang, tradisi-tradisi mereka, dan Sejarah minang.

Di Ranah Minang lah saya menjadi dewasa, saya masuk Islam, dan saya bertemu dan nikahi Jodoh saya

Tarimo kasih banyak Sumbar, awak taragak bana pai kasinan.

Bertemu Jodoh adalah momen hidup yang sangat luar biasa. Pertama kali saya bertemu Danil, saya rasa dunia berhenti.

Jantung saya berdetak kencang sekali, kata-kata susah keluar dari mulut ku, dan mata saya tidak bisa lepas dari dia. Dari detik pertama saya melihatnya, hati ku sudah tahu. Dia adalah Jodoh ku.

Kami langsung pacaran dan cepat memutuskan untuk menikah. Kami nyaman satu sama lain dan tidak bisa bayangkan hidup jauh.

Umur saya baru 18 tahun ketika kenal sama Danil, dan dia baru 22 tahun. Kami masih muda sekali, tapi bagaimana lagi ya.. sama sama yakin dan sama sama keras kepala, kami berani bilang ke orang tua kami bahwa kami mau nikah.

Kami mengalami LDR selama beberapa bulan karena saya masih kuliah dan belum bisa pindah ke Indonesia. Tapi percayalah, kalau cinta kuat, dan kalau kita sabar, semua jalan dengan lancar.

Sedangkan LDR, Danil melamar saya. Saya langsung terima. Orang tua kami juga langsung setuju, karena mereka tahu kami bahagia berdua dan saling mencintai.

Orang tua saya pergi liburan ke Sumatera, demi bertemu orang tua Danil, dan menemukan tanggal yang cocok buat pernikahan kami.

Tanggal 6 Februari 2019, kami menikah di rumah Danil, di kampung nya. Kami di sahkan di depan Allah. Pernikahan kami adalah hari terbahagia kami.

Bayangkan saja, di sahkan depan Tuhan, dan janjikan akan selalu bersama, saling mencintai, saling mendukung untuk selamannya.

Seminggu setelah nikah, kami pindah ke Yogyakarta. Saya lanjut kuliah saya di Universitas Gadjah Mada. Kami sangat bahagia bisa tinggal berdua disana. Pertama kali kami tinggal berdua, dan merasakan hidup sebagai penganten baru.

5 bulan setelah nikah, kami pulang ke Padang dan kami lakukan “Baralek”: pernikahan tradisional Minangkabau.

Itu juga merupakan momen yang luar biasa. 2 hari penuh dengan adat-adat yang cantik, dikelilingi keluarga dan teman-teman.

Terima kasih Ya Allah untuk jalan hidup yang seunik dan seluar biasa ini. Terima kasih untuk membuat jalan saya bertemu dengan Suami ku. Terima kasih Ya Allah membuat ku mengenal agama Islam.

Terima kasih Indonesia untuk kenyamanan dan ketenangan yang Beliau memberi kepada saya.

Dan terima kasih kepada suami ku, manusia terbaik di dunia ini, atas membuat saya bahagia setiap hari.

*
Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

****

Dapatkan info berita terbaru via group WhatsApp (read only) KATASUMBAR / SUMBAR KINI (Klik Disini)  😊

*

Suscribe YOUTUBE KATA SUMBAR untuk mendapatkan informasi terbaru dalam bentuk video.